Pemuda dan Identitas

Suatu ketika saya mendengar sindiran kecil dari bude saya tentang seorang kenalannya yang menurutnya tidak berperilaku Islam seperti seharusnya. Tak lama kemudian, pikiran saya jadi menjelajah kemana-mana. Saya berpikir tentang masih banyak orang Islam yang kesehariannya belum mencerminkan pribadi Islam yang seharusnya. Coba kita tengok satu per satu.


Secara tampak luar, identitas ke-Islaman yang terlihat adalah pakaian. Mungkin hal ini tidak terlalu terlihat pada kaum laki-laki. Namun menjadi begitu nampak bagi kaum wanita. Satu set pakaian yang menutup aurat dan  kerudung merupakan identitas khas bagi muslimah. Sayangnya masih belum semua wanita muslim bersedia untuk mengenakannya. Padahal hal ini tercatat jelas dalam Quran Surat An Nur ayat 31 serta Al Ahzab ayat 59. 

Sebagian wanita muslim mungkin memang belum paham bahwa menutup aurat adalah perintah Allah. Namun ada juga yang sudah tahu namun belum merasa siap untuk berhijab untuk menutupi auratnya sesuai aturan Allah. Padahal, siap tidak siap perintah yang Allah turunkan melalui Al Quran bersifat sami'na wa atho'na atau kami dengar dan kami taat karena memang begitulah ketentuan yang Allah perintahkan untuk menjaga kaum wanita.

Hal yang sama berlaku pada urusan fashion. Sekalipun saat ini sudah semakin menjamur ragam busana muslim yang ada. Kaum muslimin seharusnya bisa selektif tentang mana pakaian yang sesuai dengan syariat dan mana yang tidak. Begitu banyak komunitas hijabers yang ada, namun tidak sedikit yang modelnya masih membentuk tubuh, riasan dan asesoris yang berlebihan sehingga menyebabkan seseorang tabarruj (berlebihan dalam dandanan atau penampilan), bahkan tidak sempurna menutup aurat. Ada bagian leher yang masih terlihat, kerudung yang tidak menutupi rambut secara keseluruhan (hanya dipakai seperti selendang menutupi sebagian rambut), bahkan baju-baju panjang dan lebar namun ternyata bahannya masih transparan.

Orang-orang berpikir bahwa berhijab kemudian mengikuti mode. Tidak ketinggalan zaman dan tetap dapat tampil cantik. Sehingga mereka tidak akan mendapat poin utama dari perintah menutup aurat yang telah Allah perintahkan kepada seluruh muslimah. Dan kembali, mereka tidak tahu identitas kaum muslimin sesungguhnya. Sekalipun tahu, mereka tidak paham dan merasa bangga dengan identitas itu. Identitas kaum muslimin jangan-jangan saat ini malah dianggap sebagai tren kuno yang makin dilupakan oleh kebanyakan orang.

Identitas lainnya misalnya tren. Begitu banyak orang yang merasa ikut serta dalam kajian-kajian keislaman itu sangat membosankan. Menghafal Quran dirasa hanya perlu sekadarnya saja. Sehingga prioritas waktu akan dititikberatkan pada hiburan-hiburan duniawi seperti datang ke konser, mendengarkan file-file musik. Sehingga ia malu jika ditanya 'Mau pergi kemana ?' harus menjawab 'Ke Masjid, ada kajian keislaman', sementara orang-orang yang hendak menonton konser dengan bangganya bercerita kemana-mana bahwa ia akan menonton suatu konser, yang padahal jelas sekali ikhtilatnya (campur baur antara putra dan putri).

Begitu juga budaya pacaran. Saya pribadi yang sebelumnya berada di sekolah berasrama yang sangat kondusif dan jauh sekali dari tren pacaran merasakan jet lag dengan dunia kuliah karena begitu kentalnya budaya pacaran di masyarakat kita. Satu bulan kuliah, sepasang teman resmi jadian. Sedihnya pula, salah satunya adalah anak rohis di SMA-nya dulu. Miris sekali rasanya. Seolah-olah tidak memahami larangan Allah untuk mendekati zina (karena di Al Quran memang tidak langsung dikatakan tidak boleh pacaran, tapi pacaran tentu akan mengarah pada zina) maupun khalwat. Juga komentar-komentar teman-teman lain yang merasa sedih karena jomblo ataupun sangat bahagia karena baru saja resmi pacaran yang sangat memperlihatkan bahwa pacaran sudah menjadi tren masyarakat luas dengan penerimaan yang sangat terbuka juga.

Miris sekali bukan poin-poin tersebut? Maka kita sebagai pemuda sudah seharusnya melatih diri kita untuk bangga terhadap identitas Islam yang menempel pada diri kita. Bangga itu tercermin pada sikap keseharian serta sifat kita. Menjadi muslim/muslimah yang baik berarti mencerminkan akhlak-akhlak serta identitas-identitas yang diajarkan dalam ajaran Islam pada diri kita. Satu dua orang mungkin akan mengatakan diri kita sebagai seseorang yang kuno, kuper, ketinggalan zaman, ataupun yang lainnya. Biarkan saja. Karena mengikuti perintah Allah memang tidak selalu mudah. Kalau untuk hal-hal kecil begini saja kita sudah mundur, apa tidak malu dengan Rasulullah yang mati-matian berdakwah sekalipun muslim saat itu masih sangat-sangat minoritas dan ditentang sekali oleh pembesar kaum Quraisy. Urusan kita saat ini hanyalah tidak malu dengan identitas muslim kita--karena itu adalah sesuatu yang tidak perlu-- sehingga bisa menjadi teladan bagi sekitar. Ingat, kita para pemuda adalah cermin agama :). Tunjukkanlah hal baik kalau kita tidak mau agama kita dicap buruk oleh orang lain.

Jadilah cerminan agama yang baik sahabat semua :) ! Allah pasti membantu :)

0 komentar:

Posting Komentar