Selamat Datang di secangkir-ramadhan :)

Assalamu'alaikum teman-teman semuanya,

selamat datang di secangkir-ramadhan :")

Blog ini sengaja dibuat dalam rangka mengikuti lomba blog islami yang diadakan oleh I-Fun 1434 H.
Diberi nama secangkir-ramadhan karena secangkir memiliki makna sebagai sesuatu yang disajikan atau suguhan. Harapannya, blog ini dapat menjadi blog islami yang menarik yang dapat dijadikan sebagai suguhan selama Ramadhan, di mana artikel-artikel didalamnya dapat menjadi 'suguhan-suguhan' yang dapat memberi suplemen bagi Ramadhan kita.

Selamat menikmati suguhan ini, selamat menikmati secangkir-ramadhan :) !

Share Website Informasi dan Konsultasi

Sahabat secangkir-ramadhan, ada website bagus nih untuk menambah informasi dan pengetahuan seputar ramadhan, dicek yuk websitenya, insya Allah bermanfaat. Silakan klik http://rumaysho.com/pusat-informasi/kajian-islam/3840-kumpulan-artikel-ramadhan-1433-h-rumayshocom.html

Atau mungkin ada yang punya pertanyaan seputar Ramadhan bisa juga tanya di website http://www.konsultasisyariah.com/kirim-pertanyaan/. Sahabat semua bisa tanya tentang hal lain juga, tidak khusus hanya tentang Ramadhan saja. Silakan dicoba :)

Pemuda dan Identitas

Suatu ketika saya mendengar sindiran kecil dari bude saya tentang seorang kenalannya yang menurutnya tidak berperilaku Islam seperti seharusnya. Tak lama kemudian, pikiran saya jadi menjelajah kemana-mana. Saya berpikir tentang masih banyak orang Islam yang kesehariannya belum mencerminkan pribadi Islam yang seharusnya. Coba kita tengok satu per satu.


Secara tampak luar, identitas ke-Islaman yang terlihat adalah pakaian. Mungkin hal ini tidak terlalu terlihat pada kaum laki-laki. Namun menjadi begitu nampak bagi kaum wanita. Satu set pakaian yang menutup aurat dan  kerudung merupakan identitas khas bagi muslimah. Sayangnya masih belum semua wanita muslim bersedia untuk mengenakannya. Padahal hal ini tercatat jelas dalam Quran Surat An Nur ayat 31 serta Al Ahzab ayat 59. 

Sebagian wanita muslim mungkin memang belum paham bahwa menutup aurat adalah perintah Allah. Namun ada juga yang sudah tahu namun belum merasa siap untuk berhijab untuk menutupi auratnya sesuai aturan Allah. Padahal, siap tidak siap perintah yang Allah turunkan melalui Al Quran bersifat sami'na wa atho'na atau kami dengar dan kami taat karena memang begitulah ketentuan yang Allah perintahkan untuk menjaga kaum wanita.

Hal yang sama berlaku pada urusan fashion. Sekalipun saat ini sudah semakin menjamur ragam busana muslim yang ada. Kaum muslimin seharusnya bisa selektif tentang mana pakaian yang sesuai dengan syariat dan mana yang tidak. Begitu banyak komunitas hijabers yang ada, namun tidak sedikit yang modelnya masih membentuk tubuh, riasan dan asesoris yang berlebihan sehingga menyebabkan seseorang tabarruj (berlebihan dalam dandanan atau penampilan), bahkan tidak sempurna menutup aurat. Ada bagian leher yang masih terlihat, kerudung yang tidak menutupi rambut secara keseluruhan (hanya dipakai seperti selendang menutupi sebagian rambut), bahkan baju-baju panjang dan lebar namun ternyata bahannya masih transparan.

Orang-orang berpikir bahwa berhijab kemudian mengikuti mode. Tidak ketinggalan zaman dan tetap dapat tampil cantik. Sehingga mereka tidak akan mendapat poin utama dari perintah menutup aurat yang telah Allah perintahkan kepada seluruh muslimah. Dan kembali, mereka tidak tahu identitas kaum muslimin sesungguhnya. Sekalipun tahu, mereka tidak paham dan merasa bangga dengan identitas itu. Identitas kaum muslimin jangan-jangan saat ini malah dianggap sebagai tren kuno yang makin dilupakan oleh kebanyakan orang.

Identitas lainnya misalnya tren. Begitu banyak orang yang merasa ikut serta dalam kajian-kajian keislaman itu sangat membosankan. Menghafal Quran dirasa hanya perlu sekadarnya saja. Sehingga prioritas waktu akan dititikberatkan pada hiburan-hiburan duniawi seperti datang ke konser, mendengarkan file-file musik. Sehingga ia malu jika ditanya 'Mau pergi kemana ?' harus menjawab 'Ke Masjid, ada kajian keislaman', sementara orang-orang yang hendak menonton konser dengan bangganya bercerita kemana-mana bahwa ia akan menonton suatu konser, yang padahal jelas sekali ikhtilatnya (campur baur antara putra dan putri).

Begitu juga budaya pacaran. Saya pribadi yang sebelumnya berada di sekolah berasrama yang sangat kondusif dan jauh sekali dari tren pacaran merasakan jet lag dengan dunia kuliah karena begitu kentalnya budaya pacaran di masyarakat kita. Satu bulan kuliah, sepasang teman resmi jadian. Sedihnya pula, salah satunya adalah anak rohis di SMA-nya dulu. Miris sekali rasanya. Seolah-olah tidak memahami larangan Allah untuk mendekati zina (karena di Al Quran memang tidak langsung dikatakan tidak boleh pacaran, tapi pacaran tentu akan mengarah pada zina) maupun khalwat. Juga komentar-komentar teman-teman lain yang merasa sedih karena jomblo ataupun sangat bahagia karena baru saja resmi pacaran yang sangat memperlihatkan bahwa pacaran sudah menjadi tren masyarakat luas dengan penerimaan yang sangat terbuka juga.

Miris sekali bukan poin-poin tersebut? Maka kita sebagai pemuda sudah seharusnya melatih diri kita untuk bangga terhadap identitas Islam yang menempel pada diri kita. Bangga itu tercermin pada sikap keseharian serta sifat kita. Menjadi muslim/muslimah yang baik berarti mencerminkan akhlak-akhlak serta identitas-identitas yang diajarkan dalam ajaran Islam pada diri kita. Satu dua orang mungkin akan mengatakan diri kita sebagai seseorang yang kuno, kuper, ketinggalan zaman, ataupun yang lainnya. Biarkan saja. Karena mengikuti perintah Allah memang tidak selalu mudah. Kalau untuk hal-hal kecil begini saja kita sudah mundur, apa tidak malu dengan Rasulullah yang mati-matian berdakwah sekalipun muslim saat itu masih sangat-sangat minoritas dan ditentang sekali oleh pembesar kaum Quraisy. Urusan kita saat ini hanyalah tidak malu dengan identitas muslim kita--karena itu adalah sesuatu yang tidak perlu-- sehingga bisa menjadi teladan bagi sekitar. Ingat, kita para pemuda adalah cermin agama :). Tunjukkanlah hal baik kalau kita tidak mau agama kita dicap buruk oleh orang lain.

Jadilah cerminan agama yang baik sahabat semua :) ! Allah pasti membantu :)

Khatam Quran Imam Syafi'i

"Imam Syafi'i 60 kali khatam Quran diluar shalatnya, dan itu semua dilakukan tanpa Quran."

Berkaca lagi, yuk. Tengok lagi berapa target khatam Quran kita Ramadhan ini, dan seberapa besar usaha kita untuk meraihnya. Jangan-jangan target kita yang bahkan terlalu sedikit dibandingkan dengan Imam Syafi'i sebenarnya karena kita yang enggan untuk berusaha keras mencapainya.

Pemuda dan Perubahan

Sering sekali disebutkan bahwa pemuda adalah agen perubahan. Mereka yang disebut kaum muda adalah kaum yang memiliki semangat membara untuk melakukan banyak hal. Maka berbagai organisasi di kalangan pemuda begitu menghentak sekali derap langkahnya. Seolah semangat dan energi mereka tiada habisnya.

gambar dari sini
Masa muda secara fitrah memang menjadi masa optimal tingkat produktivitas seseorang. Dimana tingkat pemahaman-pemahaman yang mereka dapatkan terhdap kondisi sekitar akan memicu pikiran untuk bertindak atau melakukan sesuatu sebagai buah dari pemikirannya. Maka kemudian sebagian organisasi bergerak sebagai lembaga sosial yang peduli pada kaum papa, sebagian lainnya peduli pada politik pemerintahan dengan melakukan kajian-kajian terhadap berbagai isu negeri untuk kemudian disampaikan tanggapannya kepada pemerintah, sebagian organisasi berlatih keras untuk terus dapat menunjukkan budaya negeri, juga sebagian-sebagian organisasi lainnya yang berupaya melatih diri masing-masing anggota di dalamnya.

Karena demikian pulalah pemuda merupakan sosok yang penting sebagai agen perubahan. Rakyat berharap pada kepekaan, pemikiran kritis, juga keberanian para pemuda. Sebagai contoh bagaimana pemuda melakukan kajian terhadap isu BBM, menyampaikannya pada kantor pemerintahan, dan kemudian ketika tidak juga ada tanggapan, mereka berani turun ke jalan untuk membela kepentingan rakyat. Selain itu, kesadaran bahwa para pemuda akan memegang tampuk kepemimpinan pada masa yang akan datang membuatmasyarakat semakin menyadari bahwa mereka adalah agen-agen perubahan. Orang-orang yang benar-benar dinanti dan diharapkan akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik lagi

Sedemikian pentingnya peran para pemuda, maka harus ada tolak ukur mengenai pemuda yang bagaimanakah yang akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Karena pada kenyataannya masih banyak pemuda yang menyia-nyiakan masa produktivitas mereka. Masa produktivitas mereka digunakan untuk bersenang-senang, melakukan kriminalitas, atau bahkan mabuk-mabukan dan melakukan hal-hal tak jelas lainnya.

Nabi SAW bersabda:
“Tujuh macam manusia yang akan dinaungi Allah Ta'ala dalam naungan-Nya pada hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu: Imam yang adil; pemuda yang tumbuh berkembang dalam ibadah kepada Allah; seseorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid; dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul karena Allah dan berpisah juga karena-Nya; seseorang yang dirayu dan diajak (berzina) oleh perempuan yang memiliki kedudukan dan kecantikan (tapi menolak) lalu menjawab: ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah’; seseorang yang bersedekah secara diam-diam sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan tangan kanannya; dan seseorang yang mengingat Allah sendirian lalu menetes air matanya (menangis).»  (HR Bukhari no. 1423 dan Muslim no. 2427).

Dari hadits tersebut, poin kedua sudah menjelaskan bahwa salah satu manusia yang akan dinaungi Allah Ta'ala adalah pemuda yang tumbuh berkembang dalam ibadah kepada Allah. Maka seharusnya, poin ini pulalah yang melandasi setiap amalan dan langkah yang akan diambil oleh seorang pemuda. Maka berangkat dari hadits ini seorang pemuda hendaknya bagaimanapun ranah perjuangannya harus memegang teguh prinsip bahwa ia tumbuh berkembang dalam ibadah kepada Allah, sehingga pemahaman ini terbentuk pada apa yang dilakukannya dan langkah-langkah apa yang akan dilakukan bagi dirinya dan bagi komunitasnya.

***

Ada dua poin utama yang bisa diikat menjadi kesimpulan di sini. Pertama, pemuda yang berperan besar sebagai agen perubahan dan kedua pemuda yang dinaungi oleh Allah pada hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Keduanya jika dikombinasikan akan menghasilkan pemuda-pemuda yang menyadari bahwa Allah akan menaungi pemuda yang tumbuh berkembang dalam ibadah dan dapat memberikan pengaruh yang baik bagi sekitarnya dengan tetap berlandaskan pada niat untuk beribadah.

Mari kita perinci satu per satu kombinasi dari dua poin penting di atas. Pemuda-pemuda yang menyadari bahwa lingkup naungan Allah adalah orang-orang yang tumbuh berkembang dalam ibadah kepada Allah tentu akan menyibukkan dirinya dalam amalan-amalan saleh. Ia akan meniatkan bahwa semua perbuatannya adalah ibadah dan tentu ia akan menggunakan masa hidupnya dengan sebaik mungkin. Dan tentu saja landasan perilakunya adalah AL Quran dan Hadits yang tentu mengarah pada kebaikan yang diajarkan oleh Islam.

Kemudian, orang-orang seperti ini tentu akan membawa dampak baik bagi sekitar. Secara tidak langsung saja, orang-orang disekelilingnya ketika melihat betapa salehnya seseorang tentu akan membuat orang terkagum dan memotivasi agar bisa seperti dia. Maka demikianlah orang-orang yang baik ibadahnya, berlandaskan pada agamanya yaitu Islam yang mengajarkan berbagai nilai-nilai keselamatan maka perilakunya juga akan mencerminkan apa yang ada di dalam Islam, yaitu nilai-nilai dan amalan-amalan yang akan mengacu pada perubahan ke arah kebaikan. Maka pada pemuda-pemuda yang memegang teguh nilai-nilai keIslaman inilah kita dapat menaruh harapan bahwa mereka benar-benar agen perubahan, dimana niat mereka melakukan sesuatu untuk berubah menuju arah yang lebih baik adalah ikhlas diniatkan ibadah dan menjalankan perintah Allah, bukan karena ada maksud pribadi ataupun karena maksud tertentu lainnya.

[Resep] Puding Susu :9

Halo teman-teman, masih bingung cari menu mudah dan meriah untuk dihidangkan saat ta'jil ?
Kali ini secangkir-ramadhan akan memberi resep Puding Susu, puding super lembut yang bisa diberi rasa sesukamu! Bahan dan cara bikinnya gampang banget lho!

Bahan :

  1. 1 kaleng Susu kental manis putih 
  2. 1 bungkus agar-agar putih
  3. Air 1800 ml
Bahan pelengkap untuk penyajian:

  • Sirup (rasa sesuai selera)
  • Cocktail buah kalengan 

Cara membuat :

  1. Tuangkan 1 bungkus agar-agar ke dalam air
  2. Masukkan susu kental manis, aduk rata
  3. Rebus campuran air, agar, dan susu kental manis di kompor dalam api sedang
  4. Puding susu diaduk sampai mendidih. Hati-hati jangan sampai meluap. Tanda akan mendidih adalah muncul gelembung-gelembung kecil di permukaan panci.
  5. Setelah mendidih, matikan kompor.
  6. Tunggu sampai agak dingin, kemudian tuang ke cetakan
  7. Sambil menunggu puding susu mengeras, buat air sirup dengan mengencerkan sirup dengan perbandingan air:sirup=1:1(tidak seperti mengencerkan sirup untuk diminum)

Cara menyajikan :

  1. Tuang air sirup ke atas puding susu yang telah mengeras sesuai selera
  2. Bisa juga cocktail diberikan di atas puding susu, kemudian baru ditambahkan dengan siraman air sirup maupun tidak.
  3. Silakan ditambahkan bahan pelengkap sekreatif mungkin sesuai selera :)
  4. Disajikan dingin lebih nikmat
    Puding Susu dengan sirup Cocopandan tampak atas 

Puding Susu dengan sirup Cocopandan tampak samping 
  1. Puding Susu saat sudah dipotong, terlihat bahwa sirup akan diserap secara perlahan oleh pudingnya.


Selamat menikmati Puding Susu !
Oh ya, karena Puding Susu ini menggunakan susu sebagai pengganti gula, Puding Susu ini jadi lembut sekali rasanya :) Ayo-ayo coba dibuat, mudah dan murah meriah bukan...?!

Doa Berbuka Puasa

Doa berbuka puasa yang sering dijarkan di sekolah-sekolah maupun ditampilkan di televisi yang sering juga kita dengar adalah doa berikut :
Allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa alaa rizkika aftortu birahmatika yaa arhamar raahimiin
ternyata hadits yang menyatakan bahwa doa tersebut adalah doa buka puasa merupakan hadits dhaif atau hadits yang derajatnya lemah.

Lantas, apa  doa buka puasa yang kuat dasarnya?

Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhuma mengatakan, jika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam buka puasa, beliau membaca:

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتْ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

“Hilanglah rasa dahaga, tenggorokan pun basah, dan sudah pasti berpahala jika Allah menghendaki.”

Nah doa ini yang kemudian oleh para ulama dianggap sebagai doa berbuka yang berasal dari hadits yang derajatnya hasan dan bahkan ada juga ulama yang mengatakan bahwa hadits ini shahih. Kita coba biasakan yuk !

artikel terkait silakan lihat di http://www.fimadani.com/seputar-hadits-doa-buka-puasa-yang-shahih/

[Resensi Buku] Udah Putusin Aja!; Memilih Taat atau Maksiat?

Ramadhan sudah hari keberapa teman-teman? Kalau tilawah pasti sudah sering dong ya.... Nah kalau buku islami sudah ada yang dibaca belum nih? Perlu juga lho untuk menambah wawasan ilmu agama kita. Kali ini, secangkir-ramadhan akan menampilkan resensi dari bukunya Ustadz Felix Y Siauw, Udah Putusin Aja!

[Resensi Buku]

Udah Putusin Aja!; Memilih Taat atau Maksiat?



gambar dari sini
Identitas Buku
Judul                    : Udah Putusin Aja!
Penulis                 : Felix Y. Siauw
Visual                  : Emeralda Noor Achni
Penerbit               : Mizania
Tebal                   : 180 halaman
Cetakan/Tahun    : II/2013

Katanya, pacaran merupakan ungkapan kasih sayang. Ada juga yang bilang pacaran untuk mengenal sebelum sampai tahapan menikah. Eits apa benar begitu? Coba kita tengok buku yang satu ini dulu. Dijamin, pemahaman kita akan diluruskan selurus-lurusnya. Karena lewat buku ini kita akan jadi paham bagaimana seharusnya kita mengendalikan diri plus panutan untuk mempersiapkan pribadi menjadi lebih baik lagi.

Mudah ditebak, buku ini membahas tentang perasaan suci bernama cinta. Perasaan yang diberikan Allah pada seluruh hambaNya. Dianugerahkan sebagai salah satu naluri yang otomatis akan menuntut pemenuhan. Nah, kabar baiknya naluri itu ada dibawah kontrol manusia. Ia tidak seperti kebutuhan jasmani yang tidak bisa ditawar. Sehingga, bagaimana kita memaknai cinta diserahkan pada diri kita. Karena cinta bermakna luas, dapat dimaknai sebagai potensi taat, juga dapat dimaknai sebagai potensi maksiat.

Islam sendiri tidak pernah mengharamkan cinta, ketika ia berada pada koridor yang semestinya. Justru Islam melarang keras segala bentuk cinta yang tidak halal. Tujuannya tentu mulia, yaitu untuk memuliakan manusia dan mencegah kerusakan-kerusakan yang dapat terjadi pada manusia itu sendiri. Sayangnya, pemahaman masyarakat kita sudah bergeser hingga memaknainya dengan perlakuan-perlakuan yang melanggar batas syariat. Ada yang menyebutnya pacaran, teman tapi mesra, kakak-adik, ataupun sebutan lainnya yang bermakna sama.

Banyak yang tidak menyadari bahwa hubungan pacaran merupakan hubungan yang dilarang dalam Islam karena perbuatannya termasuk pada perbuatan yang mendekati zina. Sebagian yang lain tahu bahwa pacaran tidak diperkenankan agama tapi mencari-cari alasan untuk memperbolehkannya. Bilang tapi kan...tapi kan.... Nah! Memang bukan anak muda namanya kalau tidak mencari alasan. Maka, buku ini juga hadir dengan menuliskan berbagai pergolakan batin yang terjadi pada orang-orang pacaran yang mencari-cari pembenaran pada tingkah laku perbuatannya beserta jawabannya. Bilang pacaran hanya cuma katakan sayang, cuma telepon, cuma pegangan tangan, dan berbagai cuma lainnya. Sering tidak disadari, banyak perbuatan berbahaya yang berasal dari kata ‘cuma’. Dan faktanya telah dipaparkan oleh buku ini dalam bentuk presentase remaja-remaja yang malah sudah beradegan dewasa. Nyatanya? Pacaran kemudian bukan menjadi tanda pelakunya sudah dewasa, namun malah membuat mereka jadi beradegan dewasa. Mengutip dari buku ini dikatakan bahwa pacaran memang tak selamanya berujung pada zina, namun semua zina berawal dari pacaran.

Jadi bagaimana? Udah, putusin aja! Itu solusi yang ditawarkan di buku ini sesuai judulnya. Putus disini merupakan keputusan yang kemudian jika dilakukan sudah berlandaskan pada pemahaman. Kalau jadi galau? Tenang, buku ini tahu juga jawaban dan solusinya. Lengkap dibahas dari naluri cinta sebagai fitrah manusia, poin-poin yang seharusnya dipikirkan untuk mengambil keputusan antara mana yang boleh dilakukan dan harus dihindarkan, solusi terbaik bagi yang sudah merasa siap, bahkan sampai mengulas sedikit tentang khitbah dan ta’aruf. Juga dibahas tentang rasa galau, bahkan dispesifikkan galau karena cinta, baik ketika harus meninggalkan aktivitas pacaran dan masih sering terngiang-ngiang maupun bagi yang merasa sudah siap menikah namun belum dipertemukan Allah dengan jodohnya. Satu lagi, buku ini membantu pembacanya untuk mempersiapkan diri mendapatkan pasangan dunia akhirat. Kalau sudah begini, siapa yang tidak tertarik?

Dengan cakupan pembahasan yang cukup luas, maka buku ini cocok untuk berbagai kalangan usia dan latar belakang. Cocok untuk yang pacaran, agar segera sadar sebelum terlambat, sehingga pisahnya karena Allah. Cocok untuk jomblo, supaya kesendiriannya karena Allah, bukan karena yang lain. Cocok untuk yang sudah menikah, agar dapat memahami bagaimana cinta karena Allah dan dapat menerapkannya dalam kehidupan. Cocok untuk ABG, dengan agar dapat paham dan jaga-jaga. Juga cocok bagi yang mau menikah, didalamnya dibahas mengenai ta’aruf dan tentang memilih pasangan.

Dengan visualisasi dan desain tata letak buku yang menarik, pembaca tidak akan bosan membacanya. Diselipi ayat-ayat Quran maupun kutipan hadits yang menjadi landasan isi buku ini juga fakta-fakta yang memperkuat pembahasan yang disampaikan. Juga ada komik-komik dan tulisan-tulisan berupa pergolakan batin yang pada umumnya seringkali terjadi. Di buku ini berbagai pergolakan batin tersebut akan mendapatkan jawabannya.


Segera baca bukunya dan putuskan, pilih yang mana, kesenangan dunia atau ridha Allah semata? Semuanya tergantung kamu :) !

Marhaban Yaa Ramadhan


Gema Ramadhan sudah mulai terdengar saat bulan hijriyah memasuki bulan Rajab. Lewat doa Allahuma baarik lanaa fii rajab wa sya'ban wa ballighnaa Ramadhaan... orang-orang meminta kepada Allah agar disampaikan usianya sampai kepada Bulan Ramadhan. Siapa yang tidak mau berjumpa dengan Ramadhan? Bulan yang didalamnya dijanjikan begitu banyak kebaikan yang dilipatgandakan.

Orang-orang bersiap, dengan caranya masing-masing. Sebagian menyiapkan diri dengan cara meningkatkan amal ibadahnya agar kelak sudah terbiasa ketika Ramadhan tiba. Membiasakan tilawah dengan jumlah halaman yang lebih banyak dari biasanya, membiasakan merutinkan shalat rawatibnya, membiasakan mendisiplinkan shalat malamnya, membiasakan memperbanyak sedekahnya dan puasa sunnahnya, dan segala upaya membiasakan agar kelak ketika ramadhan tiba semua yang dibiasakan itu menjadi otomatis terlaksana.

Sebagian lagi juga bersiap. Menyiapkan rencana-rencana sinetron-sinetron dan segala macam hiburan yang akan ditayangkan ketika Ramadhan. Menyiapkan pakaian apa yang akan ikenakan ketika Ramadhan. Pembawa acara di televisi kemudian punya konsep busana baru edisi spesial ramadhan. Pun dengan banyak orang lainnya yang sering muncul di televisi. Ramadhan memang begitu besar pengaruhnya.

Semua persiapan itu pilihan. Dan tidak mempersiapkan juga pilihan. Karena kesuksesan Ramadhan bergantung pada persiapannya. Maka jangan ditanya mengapa jumlah khatam kita masih sangat sedikit ketika Ramadhan—atau jangan jangan malah tidak sampai satu kali pun. Tengok lagi persiapan kita. Sudah terbiasakah diri kita sebelum Ramadhan untuk memperoleh pertambahan capaian yang signifikan sehingga Kita kemudian menjadi terbiasa? Sementara Imam Syafi’i bisa mencapai 60x khatam Quran ketika Ramadhan diluar shalatnya.[1]

Maka mengapa Ramadhan selalu menggunakan kata Marhaban, bukan ahlan wa sahlan sebagai kata penyambutnya. Faktanya, para ulama tidak menggunakan ahlan wa sahlan untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan, melainkan marhaban. Ternyata, ahlan terambil dari kata ahl yang berarti "keluarga", sedangkan sahlan berasal dari kata sahl yang berarti mudah. Juga berarti "dataran rendah" karena mudah dilalui, tidak seperti "jalan mendaki". Ahlan wa sahlan, adalah ungkapan selamat datang, yang dicelahnya terdapat kalimat tersirat yaitu, "(Anda berada di tengah) keluarga dan (melangkahkan kaki di) dataran rendah yang mudah."

Sementara marhaban diambil dari kata rahb yang berarti "luas" atau "lapang", sehingga marhaban menggambarkan bahwa tamu disambut dan diterima dengan dada lapang, penuh kegembiraan serta dipersiapkan baginya ruang yang luas untuk melakukan apa saja yang diinginkannya. Dari akar kata yang sama dengan "marhaban", terbentuk kata rahbat yang antara lain berarti "ruangan luas untuk kendaraan, untuk memperoleh perbaikan atau kebutuhan pengendara guna melanjutkan perjalanan."

Marhaban ya Ramadhan berarti "Selamat datang Ramadhan" mengandung arti bahwa kita menyambutnya dengan lapang dada, penuh kegembiraan; tidak dengan menggerutu dan menganggap kehadirannya "mengganggu ketenangan" atau suasana nyaman kita. Marhaban ya Ramadhan, kita ucapkan untuk bulan suci itu, karena kita mengharapkan agar jiwa raga kita diasah dan diasuh guna melanjutkan perjalanan menuju Allah SWT[2]

Begitulah, maka kenapa disebut Ramadhan, karena peluang pahala yang luas dan tantangannya tentu tidak sahl atau mudah. Maka menyadarinya seharusnya menambah kesadaran kita untuk mempersiapkannya. Marhaban yaa Ramadhan, berkaca, kemudian bertanya pada diri sendiri, sudah siapkah saya menemuinya?




[1] Disampaikan oleh Ustadz Talqis Nurdianto, pada acara Tarhib Ramadhan Kluster Sains UGM, Jumat, 21 Juni 2013
[2] http://muhammadmawhiburrahman.blogspot.com/2013/06/arti-dan-makna-marhaban-ya-ramadhan.html